GAZA (RIAUPOS.CO) - Kelompok berkuasa Palestina di Gaza, Hamas, mengambil sebuah langkah dengan membangun dua fasilitas karantina massal. Upaya ini dilakukan untuk mencegah penyebaran virus corona di Gaza.
Sudah sepekan ini dilaporkan ada dua kasus pertama penyebaran virus corona di daerah konflik Palestina-Israel tersebut.
Pusat karantina massal ini disiapkan sebagai penampungan sementara orang-orang yang memiliki gejala ringan terinfeksi virus corona.
Sebelumnya Hamas telah mengoperasikan tambahan berupa 18 pusat karantina di klinik dan hotel untuk mencegah penyebaran virus corona. Seluruh pusat karantina diharapkan bisa menampung hingga 1.000 orang dan bisa siap digunakan dalam beberapa pekan ke depan.
Mengutip Associated Press (AP), pusat karantina massal didirikan di bangunan sekolah untuk menampung masyarakat yang berada di kota-kota berpenduduk padat dan kamp-kamp pengungsi.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan Gaza hanya memiliki 60 resporatory (alat bantu pernapasan), sekitar 15 diantaranya sudah digunakan oleh pasien Covid-19.
WHO menggandeng pejabat kesehatan setempat dan Kementerian Kesehatan Israel yang tidak memiliki kontak langsung dengan Hamas, untuk mengimpor peralatan yang dibutuhkan dari donor internasional.
Tidak diketahui sejauh mana peta penyebaran virus corona di Gaza. Diperkirakan saat ini hanya 20 persen dari sekitar 1.700 orang yang berada di pusat karantina telah melalui tes virus corona.
Kementerian Kesehatan Israel meredam kekhawatiran warga dengan mengklaim jika semua pasien yang terinfeksi akan ditempatkan di pusat karantina.
Warga juga diminta untuk tinggal di rumah, namun masih ada yang tetap beraktivitas di luar ruangan dan berkumpul di kedai kopi dan restoran.
Ahli epidemiologi, Dr Yahia Abed, mengatakan, rendahnya disiplin dan komitmen warga terhadap upaya pencegahan penyebaran virus corona justru mengkhawatirkan. Mengingat siapa pun bisa terpapar virus sehingga diperlukan kesadaran untuk melakukan isolasi diri di rumah.
Dua kasus pertama virus corona di Gaza terdeteksi pada Ahad (22/3/2020). Keduanya diketahui sebagai warga negara Palestina yang melakukan perjalanan dari negara asalnya.
Para ahli memperingatkan jika epidemi virus corona di Gaza kemungkinan akan menjadi bencana, mengingat tingkat kemiskinan tinggi, populasi padat, dan lemahnya sistem kesehatan.
Sumber: AP/Antara/CNN/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun